021-59401213
LAYANAN PENGADUAN DAN INFORMASI

.

.
lazada indonesia
Home » , » Bisa Saja, DPRD Se-Indonesia Diduduki

Bisa Saja, DPRD Se-Indonesia Diduduki

Jumhur Hidayat, Ketua Umum Gaspermindo
Gelombang aksi buruh belum menandakan akan berhenti. Bahkan, diperkirakan bakal lebih besar lagi. Pernyataan Ketua DPR Agung Laksono yang menegaskan bahwa janji Komisi IX DPR yang tak akan membahas revisi Undang-undang Ketenagakerjaan bukan pernyataan resmi DPR, akan memicu aksi buruh yang lebih hebat. Bagaimana pendapat pimpinan buruh? Berikut wawancara Rakyat Merdeka dengan Ketua Umum Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Seluruh Indonesia (Gaspermindo), Jumhur Hidayat di kantornya, Rabu (3/5).

BAGAIMANA perkembangan aksi buruh di Jakarta dan daerah-daerah lain untuk menolak Revisi UU No 13/2003?Untuk sementara, kita memang cooling down dulu setelah aksi-aksi kemarin. Tapi, kita janji aksi tak akan berhenti sampai di sini saja bila ternyata DPR ingkar janji.

Maksudnya?
Sebelumnya kan Komisi IX DPR sudah berjanji, bahwa DPR tak akan membahas revisi Undang-un­dang Ketenagakerjaan yang bakal diajukan oleh pemerintah. Nah, ka­lau janji ini dilanggar dan ter­bukti anggota Dewan kongkali­kong de­ngan pemerintah untuk melolos­kan revisi undang-undang itu, jangan salahkan bila buruh kembali mela­kukan aksi unjuk rasa yang lebih hebat lagi.

Aksi seperti apa yang akan dilakukan?
Bisa saja berupa pendudukan terhadap gedung DPR dan DPRD provinsi/kabupaten/kotamadya se-Indonesia. Bahkan, gedung-gedung pemerintah juga ikut diduduki.

Apakah arahnya mengerucut ke­pada penjatuhan terhadap peme­rintahan yang sah?
Anda sudah tahu lah itu. Coba saja bayangkan, 500 ribu buruh men­duduki Istana dan gedung DPR. Bisa saja muncul ketidak­percayaan terhadap pemerintahan yang ada. Berarti memang peme­rintah keras kepala.

Ada sinyalemen aksi buruh tidak murni. Artinya, aksi itu ditunggangi dan bayaran?
Asal tahu saja ya, buruh itu menggelar demo ini atas biaya sendiri. Mereka keluar uang hingga Rp 20 ribu untuk sewa kendaraan. Mereka rela panas-panasan naik truk. Kenapa mereka melakukan itu. Karena, kalau undang-undang ini diberlakukan mereka bisa han­cur. Saya yakin nggak ada gera­kan sebesar itu kalau dibayar. Kalau aksi itu dibayarin, paling lama cuma sejam, terus pulang. Tapi, aksi 1 Mei kemarin hingga 5 jam le­bih dan dalam jumlah massa yang cukup besar. Siapa yang mau bayarin. Perlu tahu ya, nggak akan cukup duit delapan sampai sepuluh miliar rupiah hanya untuk demo seperti kemarin. Siapa yang mau nanggung uang segede itu.

Sesungguhnya, bagaimana sih peta perburuhan di Indonesia ini?
Bisa saya gambarkan. Di Indone­sia saat ini ada 4 konfederasi. Kon­federasi ini merupakan gabungan dari federasi-federasi pekerja yang ada. Kita tahu, di Indonesia ini ada 87 federasi buruh. Beberapa fe­derasi itu kemudian berkumpul mem­bentuk satu konfederasi. Dari empat konfederasi ini menaungi hampir setengah federasi yang ada. Sisanya masih bebas alias berdiri sendiri.

Apa saja ke empat konfederasi itu?Konfederasi apa saja yang menggelar aksi 1 dan 3 Mei kemarin?
Ke empat konfederasi ini dian­tara­nya ada KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) punyanya Jacob Nuwawea yang kini Ketua Umumnya Syukur Sarto. Kedua, KSPI (Konfederasi Se­rikat Pekerja Indonesia) yang bos­nya almarhum Rustam Arsyad. Dan terakhir, Konfederasi Serikat Bu­ruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) yang dipimpin Rekson Silaban. Nah, beberapa federasi bu­ruh yang masih bebas dianta­ranya Gaspermindo, ISPI, IBJ yang da­lam aksi senin (1/5) kemarin berga­bung dalam satu kesatuan yang disebut Aliansi Buruh Menggugat (ABM). Selain ABM, aksi Senin juga diikuti oleh KSPI dan KSBSI. Sedangkan yang hari Rabu (3/5) dan akhirnya rusuh itu KSPSI.

Apa sebenarnya yang jadi hara­pan besar para buruh?
Jangan lagi buruh selalu di­kam­bing-hitamkan. Sebab, selama ini bukan buruh yang menyebabkan investor ogah masuk ke Indonesia. Pemerintah seharus­nya bisa me­nya­tukan para buruh dan pengu­sa­ha agar bisa membangun pro­duktifitas bersama.

Cara yang dilakukan adalah de­ngan menghilangkan semua ham­batan-hambatan yang tidak ber­kaitan langsung dengan kegiatan produksi dan investasi seperti pung­li dan tumpang tidihnya kebi­ja­kan, serta soal perpajakan. Selama ini, pengusaha yang ingin mengeksplorasi minyak di Indonesia, belum dapat hasil apa-apa sudah dimintai pajaknya. Harusnya kan kerja dulu. Dapat sumber minyaknya, ada untungnya baru dikenakan pajaknya. Sekarang kan nggak begitu. Ini nggak fair dan jelas memberatkan pengusaha. Itu baru dari soal pajak.

Apa lagi yang membuat investor enggan berinvestasi di Indonesia selain yang anda contohkan itu?
Ada lagi bea cukai kita yang tidak sehat. Bayangkan, 70 persen produk elektronika kita itu disin­yalir adalah barang gelap. Gimana mau investasi di indonesia kalau pasar di indonesia sendiri kalah ber­saing karena banyak masuk barang selundupan. Jadi, tidak logis kalau investor takut berinvestasi karena soal perbu­ruhannya. Soal buruh itu adalah yang paling ter­akhir. Bukan masalah utama yang harus segera dituntaskan.

Saya bisa katakan, bahwa upah buruh di Indonesia itu hanya sekitar tujuh hingga sepuluh persen dari total cost yang memang harus dike­luarkan perusahaan disamping listrik, air dan segala macam pung­li. Akibatnya, biaya produksi jadi tinggi sedangkan daya beli mas­yarakat menurun akibat ke­naikan BBM. Coba Anda banding­kan de­ngan negara-negara lain di Asia Tenggara. Rata-rata upah bu­ruh su­dah mencapai 21 persen dari total cost mereka. Ini cukup imbang, karena memang daya beli masyarakatnya tinggi.

Melihat ketimpangan itu, anda ingin menjelaskan bahwa cukup realistis peningkatan kesejahteraan terhadap buruh?
Jadi, kalau buruh minta pening­katan kesejahteraan dua kali lipat saja itu masih sangat mungkin. Bah­­kan, kalau kita lihat di Eropa itu, upah buruh bisa mencapai 40 persen dari total cost. Contoh saja perusahaan elektronik Sony. Dia hengkang dari Tangerang karena tak sanggup dengan kebijakan pe­merintah yang dinilai tak mampu melindungi para pengusaha. Bukan dari buruh, tapi dari masalah-masa­lah pungli dan penyelundupan. Setelah hengkang dari Indonesia, Sony lari kemana? Dia lari ke Malaysia padahal upah buruh disana jauh lebih besar dari upah buruh di Indonesia. Kenapa dia milih ke Ma­lay­sia? Karena di Malaysia insta­bilitas kebijakannya jelas. Tidak ada pungli, tidak ada yang aneh-aneh. Jadi, upah buruhnya tinggi nggak ada masalah, wong hasil produktifitasnya tinggi.

Kembali ke soal aksi demo bu­ruh. Bagaimana bila pemerintah tetap ngotot menggolkan revisi UU Ketenagakerjaan itu?
Silakan Pemerintah teriak teriak. Yang penting, kalau DPR sudah me­negaskan untuk tidak mem­bahasnya ya pasti nggak akan jadi undang-undangnya.

Bagaimana dengan pernyataan Wapres Yusuf Kalla yang tetap akan membahasnya dengan kalangan aka­demisi sebelum kemudian di­gulirkan ke DPR?
Selama isinya masih sama de­ngan draft yang ada saat ini, buruh tetap menolak. Pernyataan Wakil Presiden adalah upaya provokasi terhadap para buruh. Pernyataan Wapres justru bukan membuat tenang buruh, melainkan akan memicu reaksi dan emosi buruh.

Revisi yang kita dengar seka­rang itu sudah menjadi hantu yang menakutkan. Jadi, dengar kata revisi itu, buat buruh sudah seperti melihat hantu. Padahal, memang saya akui arti revisi itu bisa memperbaiki. Apakah UU itu jadi lebih baik atau malah lebih buruk. Tapi kalau kita melihat drafnya yang beredar dan katanya berasal dari pemerintah, itu memang jahat dan sangat merugikan buruh.

Kenapa pemerintah begitu ngo­tot merevisi UU Ketenaga­kerjaan itu?
Saya nggak tahu. Tanya dong ke pemerintah. Bisa saya jelaskan bahwa problem investasi itu sebe­narnya bukan karena problem te­naga kerjanya. Selama ini pe­me­rintah meng­kam­bing­hitam­kan buruh yang membuat para investor ogah berinvestasi di Indonesia. Padahal bukan itu penyebabnya. Tapi karena tidak adanya proteksi yang jelas dari pemerintah. Ba­yang­kan saat ini kebijakan peme­rintah terhadap masuknya barang impor sangat jor-joran. Ambil con­toh di bidang pertanian. Proteksi kita sangat lemah sekali.

Maksud Anda?
Misalnya beras dari luar negeri harganya justru lebih rendah di­bandingkan dengan harga beras di dalam negeri. Bagaimana usaha pertanian kita bisa lebih maju kalau seperti itu. Lihat dong di Jepang. Harga beras impor jauh lebih ma­hal hingga 400-500 persen dari har­ga beras lokal. Otomatis orang akan memilih membeli beras lokal ketimbang beras impor. Di Indonesia kan kebalikannya. Ada lagi soal penindakan terhadap penye­lundupan. Kita ini kurang tegas terhadap pelaku penyelundupan. Berapa banyak beredar barang-ba­rang elektronik di Indonesia yang merupakan selundupan. Ini­lah yang membuat investor ogah ke Indonesia.

Apakah ini menunjukkan bahwa pemerintah tak mampu membuat kebijakan yang tegas soal ekonomi, khususnya untuk memproteksi produksi yang ada di Indonesia?
Kalau mau jujur ya, orang-orang di kabinet sekarang ideologinya ada­­lah neo-liberalisme. Bahkan, bisa saya katakan ultra-liberal. Se­bab, kalau neo-liberal saja masih mau berpikir soal proteksi. Bagai­mana mau melindungi produksi da­lam negeri, kalau tidak ada pro­teksi dari pemerintah dan membuka pintu lebar-lebar terhadap barang impor.

Apa solusinya?
Ada beberapa menteri di kabinet­nya SBY-JK ini yang sangat berba­haya bagi rakyat. Mereka itu penga­nut faham neo-liberal yang kebab­lasan. Bisa saya sebut; Sri Mulyani, Budiono dan Marie Pangestu. Tiga orang inilah punggawa-punggawa setia dari mazhab neo-liberalis yang akan menyengsarakan rakyat Indonesia. Kalau menurut saya, sebelum berfikir menjatuhkan pemerintahan SBY-JK, diganti dulu tim ekonomi ini. Kalau ternyata tidak diganti juga, saya yakin keadaan ekonomi kita akan makin ambruk.

Lalu, apa yang harus dilakukan oleh tim ekonomi?
Kita harus berani berkata tegas dengan stop dulu bayar hutang. Yah sekitar lima hingga sepuluh tahun. Atau tetap membayar hutang tidak lebih dari lima hingga tujuh persen dari total APBN kita. Setelah itu, sambil jalan kita negosiasi ulang untuk bisa minta potongan bunga atau minta rescheduling. Dana itu nantinya bisa kita alihkan untuk pembenahan ke dalam. Coba anda bayangkan punya uang Rp 170 triliun hanya untuk bayar utang dan bunganya. Padahal busung lapar dimana-mana. Pengangguran ba­nyak. Setiap jam 24 bayi mati di In­donesia, kok kita malah mikirin ba­yar hutang terus secara gede-gedean.

Sumber Berita : RAKYAT MERDEKA
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

Ikrar Anggota :

IKRAR ANGGOTA SPSI :

1. Kami Anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia adalah Pekerja Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kami Anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia adalah Pekerja Indonesia yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, serta taat kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
3. Kami Anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia adalah Pekerja Indonesia yang selalu siap mempertahankan persatuan dan kesatuan Bangsa.
4. Kami Anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia adalah Pekerja Indonesia yang beretos kerja Produktif, Jujur, Disiplin dan Bertanggung Jawab.
5. Kami Anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia adalah Pekerja Indonesia yang siap bertekad mengembangkan kemitraan dalam Hubungan Industrial.
lazada.com
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. DPC KSPSI - KAB.TANGERANG - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger